Spinner Icon

Kenapa Gen Z Kesulitan Membeli Rumah? Ini Faktor Penyebabnya

Author Image
yoyo.angelica
Info Terbaru · 24 September 2024
Table of Contents:


Sumber: Pixabay


Kini sebagian besar Indonesia didominasi oleh gen z. Dilansir dari Kompas.com, populasi gen z di Indonesia mencapai hampir 75 juta jiwa, atau 27 persen dari total populasi nasional.


Sebagai gen Z, kebanyakan dari mereka sering mendapat label bahwa gen z tidak bisa beli rumah. Hal ini terjadi karena banyaknya isu bahwa gen z memiliki beberapa kekurangan, yang membuat mereka tidak bisa berkembang.


Gen Z merupakan generasi yang lahir pada kisaran tahun 1997-2012 dan berusia 12-27 tahun (Rosariana, 2021). Pada saat ini, Gen Z tentunya banyak yang kesulitan untuk memiliki rumah, karena harga rumah yang mengalami kenaikan.


Pada artikel ini, kami akan membahas terkait gen z tidak bisa beli rumah. Mulai dari alasan hingga tips. Simak artikel berikut ini.


Key takeaways:


  • Gen z adalah generasi yang lahir pada 1997-2012, yang mana usianya di antara 8 tahun hingga 23 tahun.

  • Salah satu alasan mengapa gen z tidak bisa beli rumah yakni finansial belum mencukupi.

  • Penyebab harga rumah naik setiap tahun adalah adanya inflasi.

Gen Z Tidak Bisa Beli Rumah, Mengapa?

Pada situasi sekarang ini, gen Z banyak mengalami kesulitan untuk membeli rumah. Hal ini karena harga rumah terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dilansir dari Perkim.id, kenaikan harga rumah ini tidak diimbangi dengan jumlah pendapatan Gen Z. 


Rata-rata pendapatan Gen Z pada tahun 2023 lalu masih di bawah 2,5 juta rupiah per bulan (Yonatan, 2024). Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung mengapa gen z tidak bisa beli rumah, baik dalam waktu yang cepat atau lambat.


Faktor Pendukung Gen Z Susah Membeli Rumah

  • Harga Properti yang Semakin Naik

Berdasarkan data Rumah.com Indonesia Property Market Index, harga rumah dalam 3 tahun terakhir meningkat 10%. Walaupun sempat mengalami perlambatan akibat pandemi di tahun 2020-2021, namun tren peningkatan harga kembali berlanjut hingga 2022 bahkan diprediksi sampai 2024.

Hal ini menciptakan kesenjangan yang semakin besar antara harga properti dengan pendapatan Generasi Z dan generasi muda berikutnya. Meskipun pendapatan mereka cenderung stabil, kenaikan harga properti yang tidak proporsional menjadikan rumah semakin tidak terjangkau bagi mereka. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa tantangan dalam membeli rumah tidak hanya berkaitan dengan pendapatan yang terbatas, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi pasar properti yang terus berubah.

  • Persaingan di Bidang Kerja

Nyatanya banyak generasi Z yang juga dihadapkan pada persaingan yang ketat, di pasar kerja. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2022, ada 937.176 orang yang mencari pekerjaan di Indonesia. Jumlah pencari kerja yang tinggi ini membuat persaingan di pasar kerja semakin sengit.

Dalam konteks ini, perlu diperhatikan bahwa Upah Minimum Regional (UMR) saat ini seringkali tidak sebanding dengan harga rumah yang terjangkau. Misalnya, UMR di beberapa daerah mungkin hanya mencapai separuh dari harga rumah termurah yang tersedia. 

Kesenjangan ini semakin menambah kesulitan Generasi Z dalam mendapatkan pekerjaan yang memberikan pendapatan cukup untuk membeli rumah.

  • Gaya Hidup Boros 

Dikutip dari CNBC Indonesia, sebagian generasi Z cenderung terpengaruh oleh tren konsumtif yang dipopulerkan melalui media sosial. Mereka sering merasa terdorong untuk mengikuti tren terbaru dalam hal barang-barang mewah, fashion, gadget, dan hiburan. Akibatnya, banyak dari mereka terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang boros dan berlebihan.


Pengeluaran untuk barang-barang mewah, hobi yang mahal, atau gaya hidup yang sangat memperhatikan penampilan sosial seringkali cukup menguras sebagian besar pendapatan. 

Terlebih, kurangnya keterampilan keuangan yang memadai seringkali membuat mereka terjebak dalam situasi keuangan yang buruk.

  • Dampak Negatif dari Kemajuan Teknologi 

Menurut informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini aplikasi digital telah mempermudah proses pengajuan pinjaman, seperti fintech dan layanan paylater. 


Sebelumnya, pinjaman biasanya memerlukan pertemuan tatap muka, tetapi sekarang dapat dilakukan secara digital dengan persyaratan yang lebih sederhana. Namun sayangnya kemudahan ini tidak dibarengi dengan literasi finansial yang memadai, sehingga bisa mendorong semua orang terutama generasi Z untuk berhutang.

Hal ini demi memenuhi keinginan sesaat tanpa konsiderasi mengenai cara untuk membayar kembali hutang tersebut. Hal inilah yang bisa menciptakan siklus gali-tutup lubang hutang yang berbahaya.

Selain itu aplikasi untuk berbelanja online, memesan tiket, dan makanan juga semakin memudahkan masyarakat dalam berbelanja dan berwisata. Dengan adanya teknologi, akses ke e-commerce dan promosi besar-besaran menjadi lebih mudah.

Namun hal ini juga bisa meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja impulsif. Banyak orang seringkali membeli barang, yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya karena tergoda oleh diskon atau promosi menarik. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bijak dalam menggunakan kemudahan teknologi ini agar kita tidak terjebak dalam masalah pengelolaan keuangan yang buruk.

  • Belum Mampu Membayar Cicilan KPR

Tidak dapat dipungkiri bahwa KPR, masih menjadi salah satu alternatif paling memungkinkan untuk memiliki rumah di usia muda. Namun di sisi lain, 10,49% dari hasil survei melaporkan bahwa generasi milenial belum mampu membayar cicilan KPR.

  • Belum Terpikirkan Untuk Memiliki Rumah

Sebanyak 5,46% lainnya mengatakan bahwa generasi z belum memerlukan rumah. Sedangkan sisanya yakni 2,79% generasi milenial, menyebutkan bahwa mereka belum terpikirkan untuk memiliki rumah di usia sekarang.

Jika dirinci lebih jauh, ada alasan lain mengapa anak muda seperti generasi milenial dan gen Z belum berminat atau belum mampu membeli rumah. Salah satu yang paling dasar adalah karena harga properti yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan faktor keuangan lainnya. 

Penyebab Harga Rumah Naik

1. Inflasi

Alasan umum kenaikan harga rumah adalah inflasi. Hal ini lantaran harga bahan baku pembuatan properti juga turut mengalami kenaikan. Sehingga tak dapat dihindari jika saat terjadi inflasi, maka hampir seluruh sektor terkena dampak kenaikan harga, tak terkecuali material pembangunan rumah. 

2. Naiknya Angka Harapan Hidup

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), masyarakat Indonesia mengalami kenaikan angka harapan hidup dari tahun 2020 yakni 73,4 menjadi 73,5 di tahun 2021. Data ini menunjukkan adanya kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sehingga, mau tidak mau permintaan akan sandang, pangan, dan papan juga mengalami peningkatan. Kenaikan permintaan rumah juga turut menjadi faktor pendorong naiknya harga rumah. 

3. Pertumbuhan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur seperti sarana dan prasarana guna memudahkan dan memberikan fasilitas yang aman dan nyaman untuk masyarakat, terus dibangun di mana-mana. Terlebih, lahan pun semakin berkurang. Hal ini juga berimbas pada kenaikan harga rumah di sekitar area tersebut. 


Tips Agar Gen Z Cepat Beli Rumah

1. Menetapkan Target

Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menentukan target tabungan. Untuk itu, kamu perlu tahu berapa harga rumah impianmu. Sehingga, kamu akan lebih mudah untuk menyesuaikannya dengan penghasilanmu per bulan.

Namun perlu kamu ingat, bahwa harga rumah terus naik setiap tahunnya. Maka, kamu juga perlu menghitung potensi kenaikan harga rumah idaman di tahun-tahun berikutnya. 

2. Menabung 

Menyisihkan sebagian penghasilan adalah kunci utama untuk memiliki dana membeli rumah. Jika kamu memiliki kebiasaan menabung dengan sisa gaji, maka sebaiknya kamu mulai mengubahnya.

Kamu bisa mulai untuk menentukan berapa besar dana, yang akan kamu simpan dari awal dan langsung memisahkannya dengan menggunakan rekening yang berbeda. Penggunaan dua rekening ini, akan membuat pengeluaran lebih terkontrol dan dapat dibatasi.

3. Melunasi Hutang

Sebelum kamu memutuskan untuk menabung, sebaiknya kamu melunasi semua utang atau kredit terlebih dulu. Karena seperti yang diketahui, utang merupakan beban yang membuat pengelolaan keuangan semakin sulit.

Jika semua hutang sudah terbayar lunas, maka kamu akan lebih fokus untuk menyisihkan uang membeli rumah.

4. Menghindari Pola Hidup Konsumtif

Jika kamu masih suka foya-foya dan menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu, maka kamu bisa hentikan sekarang juga. Pola hidup konsumtif seperti ini menjadi penghambat utama untuk menabung.

Saat kamu memiliki target membeli rumah, maka sebesar apapun pengeluaran harus tercatat dengan baik. Sehingga uang yang kamu hasilkan tak akan terbuang sia-sia dan tak bersisa.

5. Mencari Penghasilan Tambahan

Selain menabung dari pendapatan pokok, kamu juga bisa mencari penghasilan tambahan untuk mempercepat target tabungan. 

Akhir Kata

Setelah memahami mengapa gen z tidak bisa beli rumah, pastinya kamu tahu langkah yang harus dilakukan berikutnya. Apabila kamu seorang gen z, jangan khawatir tidak bisa beli rumah. Karena hal tersebut bisa kamu wujudkan di BTN Properti.


BTN Properti menawarkan banyak fitur yang dapat membantu kamu memahami seputar KPR properti. Segera kunjungi website kami untuk mengetahui informasi selanjutnya.



 

Artikel Terkait

Lihat Semua

Artikel Terpopuler

Lihat Semua