BPS
mencatat terjadi inflasi sebesar 0,61% mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
sebesar 111,09 pada Juni 2022. Dari 90 kota, hanya 5 kota saja yang mengalami
deflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 2,72% mom dan
terendah terjadi di Pontianak sebesar 0,07% mom. Tingkat
inflasi Juni 2022 dibandingkan akhir tahun 2021 yaitu sebesar 3,19% ytd dan
tingkat inflasi tahunan dibandingkan Juni 2021 yaitu sebesar 4,35% yoy.
Grafik 1. Inflasi Bulanan Juni 2022 dan 2021 Berdasarkan Kelompok (% mom)
Sumber: BPS
Inflasi di bulan Juni 2022 terjadi karena naiknya
harga mayoritas indeks kelompok pengeluaran, dimana yang tertinggi yaitu: kelompok
makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,77% momkelompok perlengkapan rumah
tangga sebesar 0,53% momserta kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,33% mom. Sementara kelompok yang mengalami peningkatan
paling rendah yaitu kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
-0,20% mom (Grafik 1).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga
pada Juni 2022, antara lain: cabai merah,
cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, tomat, rokok kretek filter,
kangkung, kol putih/kubis, cabai hijau, sawi putih, kontrak rumah, upah asisten
rumah tangga, sabun detergen bubuk/cair, dan tarif angkutan udara. Sementara
komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain: daging ayam ras, ikan
segar, minyak goreng, daging sapi, bawang putih, ayam hidup, dan emas perhiasan.
Sementara dari 11 kelompok pengeluaran, 7 kelompok
menyumbang inflasi, dan 4 kelompok tidak memberikan andil terhadap inflasi
nasional. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi terbesar,
yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,47% dengan komoditas
penyumbang inflasi terbesar yaitu cabai merah sebesar 0,24% dan cabai rawit
sebesar 0,10%serta kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,03% dengan
komoditas yang dominan menyumbangkan inflasi yaitu upah asisten rumah tangga
dan detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,01%. Sementara kelompok kesehatan;
kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangankelompok rekreasi, olahraga
dan budayaserta kelompok pendidikan tidak memberikan andil terhadap inflasi
nasional. (Grafik 2).
Grafik 2. Sektor Penyumbang Inflasi Bulan Juni 2022 (%)
Sumber: BPS
Inflasi
Umum pada Juni 2022 sebesar 0,61% mom, meningkat dibandingkan Mei 2022 yang sebesar
0,40% mom. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok volatile
food utamanya beberapa komoditas hortikultura, di tengah penurunan inflasi
inti dan kelompok administered prices. Kelompok inflasi inti pada Juni
2022 mencatat inflasi sebesar 0,19% mom, menurun dibandingkan inflasi bulan Mei
2022 yang sebesar 0,23% mom. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh penurunan
harga komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global.
Penurunan lebih lanjut tertahan oleh inflasi komoditas upah asisten rumah
tangga dan kontrak rumah didorong mobilitas masyarakat yang meningkat
Grafik 3. Tingkat Inflasi Januari 2018-Juni 2022 (% mom)
Sumber: BPS
Kelompok
volatile food mengalami inflasi sebesar 2,51% mom pada Juni 2022, meningkat
dibandingkan Mei 2022 yang sebesar 0,94% mom. Perkembangan tersebut terutama
dipengaruhi oleh inflasi aneka cabai, bawang merah, dan telur ayam ras akibat
kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi di sejumlah sentra produksi yang
mengganggu produksi dan peningkatan harga pakan. Kenaikan inflasi lebih lanjut
tertahan oleh deflasi pada minyak goreng seiring dengan kebijakan Pemerintah
dalam mengendalikan minyak goreng serta deflasi daging sapi seiring merebaknya
wabah PMK di beberapa Provinsi. Sedangkan kelompok administered prices
pada Juni 2022 mencatat inflasi sebesar 0,27% mom, menurun dibandingkan inflasi
Mei 2022 yang sebesar 0,48% mom. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi
oleh perlambatan inflasi tarif angkutan udara seiring normalisasi pasca Hari
Raya Idul Fitri. Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi rokok
kretek filter seiring transmisi kenaikan cukai. (Grafik 3).
Inflasi
Umum (Headline) pada Juni 2022 secara tahunan tercatat sebesar 4,35%
yoy, lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yaitu
sebesar 3,55% yoy. Inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir,
atau sejak Juni 2017. Pada akhir tahun
2022, inflasi umum diprakirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas kisaran
target, dan kembali ke dalam kisaran target 3,0±1% pada tahun 2023. Pemerintah
dan Bank Indonesia terus mewaspadai risiko tekanan inflasi ke depan, khususnya
terkait perkembangan harga komoditas global dan pangan, dan dampaknya pada
ekspektasi inflasi serta menempuh kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk
memastikan terkendalinya inflasi. (Grafik 4).
Grafik 4. Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan Sejak Juni
2005
Sumber: BPS
Inflasi inti secara tahunan di Juni 2022 tercatat
sebesar 2,63% yoy, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan inflasi Mei 2022
sebesar 2,58% yoy. Inflasi inti tetap terjaga seiring permintaan domestik yang
mulai meningkat dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan
ekspektasi inflasi. Inflasi kelompok volatile food secara tahunan juga
mengalami kenaikan menjadi 10,07% yoy setelah pada bulan sebelumnya sebesar 6,05%
yoy. Sedangkan kelompok administered price secara tahunan mengalami kenaikan
menjadi 5,33% yoy, atau setelah pada bulan sebelumnya sebesar 4,83% yoy.
Grafik 5. Inflasi dan
Suku Bunga Acuan BI sejak Juni 2005
Sumber: BI & BPS
Dalam
Rapat Dewan Gubernur bulan Juni 2022, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan
suku bunga acuannya pada level 3,50%. Keputusan tersebut sejalan dengan perlunya
pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendukung
pertumbuhan ekonomi, di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan
meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.
BI
tampaknya berpendapat inflasi umum dan inflasi inti Indonesia masih relatif
rendah, sehingga masih memiliki sedikit ruang bagi kebijakan yang akomodatif
dengan mempertahankan suku bunga acuannya sebagai upaya untuk mendukung
pemulihan ekonomi. Namun bila dilihat dari suku bunga riil (suku bunga acuan
dikurangi inflasi) pada Grafik 6, tampak sudah masuk ke teritori negatif sejak
bulan Mei 2022 dan semakin melebar menjadi -0,85% di Juni 2022. Ini merupakan
suku bunga riil negatif yang etrjadi pertama kali setelah bulan Desember 2014
sebesar -0,61% yang ketika itu terjadi akibat adanya kenaikan harga BBM sebesar
31% pada November 2014.
Grafik 6. Inflasi Riil
dan Suku Bunga Acuan BI sejak Januari 2022
Sumber: BI & BPS
Dengan
inflasi yang akan terus naik dan akan tetap berada di atas 4% sampai dengan
akhir 2022, maka sebenarnya sudah waktunya BI untuk mulai menaikkan suku bunga
acuannya. Dengan perkiraan bahwa inflasi akan bisa melewati 4,5% yoy di Juli,
maka kami berpendapat bahwa BI dapat memulai kenaikan suku bunga acuan di Juli
2022 dengan besaran 25-50 bps. Kami melihat bahwa BI mempunyai ruang untuk
menaikkan suku bunga acuan minimal sebesar 100bps pada semester II tahun 2022,
tentunya dengan tetap memperhatikan perkembangan kebijakan The Fed, kenaikan
harga komoditas dan energi, stabilitas nilai tukar serta perkembangan inflasi
dalam negeri.