Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi sebesar 0,66% mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,95 pada Maret 2022. Dari 90 kota, 88 kota mengalami inflasi dan hanya 2 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,86% mom dan terendah terjadi di Kupang sebesar 0,09% mom. Tingkat inflasi Maret 2022 dibandingkan akhir tahun 2021 yaitu sebesar 1,20% ytd dan tingkat inflasi tahunan dibandingkan Maret 2021 yaitu sebesar 2,64% yoy.
Grafik 1. Inflasi Bulanan Maret 2022 dan 2021 Berdasarkan Kelompok (% mom)
Sumber: BPS
Inflasi di bulan Maret 2022 terjadi karena naiknya harga mayoritas indeks kelompok pengeluaran, dimana yang tertinggi yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,47% momserta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,14% mom. Sementara kelompok yang mengalami peningkatan paling rendah yaitu kelompok pendidikan serta informasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 0.10% mom dan 0,00% mom (Grafik 1).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Maret 2022, antara lain: cabai
merah, tahu mentah, gula pasir, pepaya, rokok kretek filter, bawang putih, daging sapi, daging ayam ras, tempe, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, sewa rumah, sabun detergen bubuk/cair, tarif angkutan udara, bensin, kue kering berminyak, dan emas perhiasan. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain: tomat dan beras.
Sementara dari 11 kelompok pengeluaran, 8 kelompok menyumbang inflasi dan 3 kelompok tidak memberikan andil terhadap inflasi nasional. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi terbesar, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,38%. Sementara kelompok rekreasi, olahraga dan budayakelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangandan kelompok pendidikan tidak memberikan andil terhadap inflasi nasional. (Grafik 2).
Grafik 2. Sektor Penyumbang Inflasi Bulan Maret 2022 (%)
Sumber: BPS
Inflasi Umum pada Maret 2022 sebesar 0,66% mom, setelah pada Februari 2022 mencatat deflasi sebesar 0,02% mom. Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi pada kelompok volatile food dan administered prices, di tengah inflasi kelompok inti yang relatif stabil. Kelompok inti pada Maret 2022 mencatat inflasi sebesar 0,30% mom, sedikit menurun dibandingkan inflasi bulan Februari 2022 yang sebesar 0,31% mom. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya mobilitas masyarakat dampak kasus baru varian Omicron yang semakin terkendali. Berdasarkan komoditasnya, penurunan inflasi inti terutama disumbang oleh emas perhiasan dan sewa rumah, seiring pergerakan harga emas global.
Grafik 3. Tingkat Inflasi Maret 2018-Maret 2022 (% mom)
Sumber: BPS
Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,99% mom pada Maret 2022, setelah pada Februari 2022 mencatat deflasi sebesar 1,50% mom. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam ras, seiring dengan kendala cuaca di beberapa sentra produksi utama, implementasi pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana dan premium, serta peningkatan biaya produksi pakan. Sedangkan kelompok administered prices pada Maret 2022 mencatat inflasi sebesar 0,73% mom, meningkat dibandingkan inflasi Februari 2022 sebesar 0,18% mom. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin seiring penyesuaian harga LPG nonsubsidi dan BBM nonsubsidi. Selain itu, inflasi administered prices juga didorong oleh inflasi angkutan udara seiring meningkatnya mobilitas udara. (Grafik 3).
Grafik 4. Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan Sejak Maret 2005
Sumber: BPS
Inflasi Umum (Headline) pada Maret 2022 secara tahunan tercatat sebesar 2,64% yoy, lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yaitu sebesar 2,06% yoy. Pemerintah dan Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah guna mengendalikan inflasi 2022 sesuai kisaran targetnya 3,0±1%. (Grafik 4).
Inflasi inti secara tahunan di Maret 2022 tercatat sebesar 2,37% yoy, meningkat jika dibandingkan dengan inflasi Februari 2022 sebesar 2,03% yoy. Inflasi inti tetap rendah seiring permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang tetap terjaga dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi. Inflasi kelompok volatile food secara tahunan juga mengalami kenaikan menjadi 3,25% yoy setelah pada bulan sebelumnya sebesar 1,81% yoy. Sedangkan kelompok administered price secara tahunan juga mengalami kenaikan menjadi 3,06% yoy, dari 2,34% yoy di bulan sebelumnya.
Dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Maret 2022, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya pada level 3,50%. Keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas inflasi, nilai tukar, dan sistem keuangan serta upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Grafik 5. Inflasi dan Suku Bunga Acuan BI sejak Maret 2005
Sumber: BI & BPS
Kenaikan harga komoditas dunia, terutama harga minyak, akan dapat menjadi pendorong kenaikan inflasi dalam negeri seiring dengan kenaikan harga BBM non subsidi. Namun demikian kami memperkirakan pada tahun 2022 inflasi umum (Headline) akan berangsur pulih seiring kasus baru Varian Omicron yang terkendali, tetapi masih akan berada pada kisaran target Bank Indonesia 3,0±1%. Akibatnya, inflasi domestik belum akan menjadi pendorong kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia pada semester I tahun 2022.
Artinya, Bank Indonesia masih memiliki ruang mempertahankan suku bunga acuannya pada semester I, dan berpotensi baru akan mulai menaikkan suku bunga acuannya pada semester II tahun 2022, dengan tetap memperhatikan perkembangan kebijakan The Fed dan juga perkembangan inflasi di dalam negeri.