Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
triwulan I tahun 2022 yang mencapai Rp4.513,0 triliun atas dasar harga berlaku
dan sebesar Rp2.818,6 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika
dibandingkan dengan triwulan I-2021 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01%
yoy.
Setelah terkoreksi di triwulan III tahun 2021, ekonomi Indonesia terus melanjutkan
pertumbuhannya pada triwulan I tahun 2022 sebesar 5,01% yoy (Grafik 1). Pertumbuhan
ekonomi Indonesia menunjukkan menguatnya pemulihan ekonomi domestik seiring
meningkatnya kembali mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi. Hasil tersebut
sejalan dengan outlook yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk Triwulan I
yang berada pada kisaran 4,5% hingga 5,2%.
Perkembangan tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus
menunjukkan perbaikan meskipun sedikit terhambat karena ketegangan geopolitik
antara Rusia dan Ukraina. Perekonomian global pada triwulan I tahun 2022 terus menunjukan
tren positif ke arah perbaikan diantaranya terlihat dari Purchasing Managers
Index (PMI) manufaktur global mulai Januari hingga Maret 2022 yang selalu
di atas 50 atau pada fase ekspansif. Selain itu, seluruh negara mitra dagang
Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I 2022, dimana Vietnam
dan Uni Eropa pertumbuhannya melebihi 5% seperti terlihat pada Grafik 2.
Pada Januari 2022, IMF memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh
menjadi 5,6% yoy di 2022, berada di bawah India yang diperkirakan tumbuh
sebesar 9,0% yoy. Namun pada April 2022, IMF menurunkan angka pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 5,4% yoy pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 6,0%
yoy pada tahun 2023 (Grafik 3). Hal ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas
dan energi dampak konflik Rusia dan Ukraina, serta tekanan ketidakpastian pasar
keuangan global.
Struktur PDB Indonesia menurut Pengeluaran
masih didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 53,65% atau lebih
dari separuh PDB Indonesia, diikuti oleh PMTB atau Investasi sebesar 30,44%;
Ekspor Barang dan Jasa sebesar 23,10%Konsumsi Pemerintah sebesar 5,49%serta
Konsumsi LNPRT sebesar 1,18%. Sementara itu, Impor Barang dan Jasa sebagai
faktor pengurang dalam PDB memiliki peran sebesar 20,48% (Grafik 4).
Setelah kembali menguat pada 4Q 2021, Konsumsi
Rumah Tangga tetap tumbuh walaupun sedikit menurun menjadi 3,21% yoy pada 1Q
2022 sebagai dampak dari peningkatan mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat
(Tabel 1). Kebijakan pelonggaran PPKM yang diterapkan pemerintah menyebabkan
komponen Konsumsi Rumah Tangga kembali meningkat pada 1Q 2022 (Tabel 2). Kelompok
makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel terus
menguat sebesar masing-masing 3,61%, 7,05% dan 4,20%. Dengan kontribusi Konsumsi Masyarakat yang
lebih dari 50% terhadap PDB, maka meningkatnya pertumbuhan Konsumsi Masyarakat
ini memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya pertumbuhan PDB pada 1Q
2022.
Konsumsi Pemerintah tumbuh melemah sebesar -7,53%
yoy di triwulan IV 2021, terkontraksi dibanding pertumbuhannya pada 4Q21 yang
sebesar 5,25% yoy. Kontraksi Konsumsi Pemerintah ini dipicu oleh masih
rendahnya realisasi belanja barang dan jasa APBN pada periode awal tahun. Sedangkan
investasi juga tumbuh walau sedikit turun menjadi sebesar 4,10% yoy setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 4,49% yoy. Sementara itu, tertahannya
pertumbuhan ekonomi global mendorong pelemahan di sisi perdagangan
internasional, akibatnya Ekspor hanya tumbuh sebesar 16,39% yoy dan Impor
tumbuh sebesar 12,53% yoy. Pertumbuhan Ekspor ini dipengaruhi antara lain oleh
tumbuhnya ekspor non migas sebesar 19,69% yoy dan terkontraksinya ekspor migas sebesar
11,81% yoy, serta peningkatan perekonomian sebagian besar mitra dagang utama
Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I yang
menguat juga dapat ditunjukkan oleh tren positif dari perubahan Google
Mobility Index. Google Mobility Index mengalami pertumbuhan bulanan
yang positif sejak Agustus 2021 yang terus berlanjut hingga akhir tahun 2021. Akan
tetapi, pada Februari 2022 peningkatan kasus varian Omicron menyebabkan mobilitas
penduduk Indonesia berkurang dan bahkan kembali negatif (Grafik 5). Tetapi,
setelah pelonggaran PPKM Darurat oleh Pemerintah, mobilitas masyarakat kembali
meningkat pesat mulai Maret 2022 berlanjut hingga April 2022.
Dari sisi Lapangan Usaha, perbaikan didukung
oleh pertumbuhan positif dari hampir seluruh Lapangan Usaha. Beberapa lapangan
usaha yang mencatatkan pertumbuhan positif terbesar yaitu Transportasi dan
Pergudangan sebesar 15,79% yoyJasa lainnya sebesar 8,25%Informasi dan Komunikasi
sebesar 7,15%Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 7,04% yoydan Akomodasi Makan
dan Minum sebesar 6,53% yoy (Tabel 3). Sedangkan sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif yaitu Sektor Jasa Pendidikan sebesar -1,53% dan Sektor
Administrasi Pemerintahan sebesar -0,63%.
Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha
masih didominasi oleh 5 sektor utama yang kontribusinya mencapai 65,73%. Kelima
sektor tersebut adalah
Industri Pengolahan
sebesar 19,19%diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor sebesar 13,09%Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 12,55%;
Konstruksi sebesar 10,42%serta Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,48%.
(Grafik 6)
Jika melihat pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) berdasarkan pulau besar di Indonesia, pertumbuhan
tertinggi terjadi pada Pulau Maluku dan Papua yang tumbuh sebesar 10,75%,
diikuti Sulawesi sebesar 5,37% dan Pulau Jawa sebesar 5,07%. Sedangkan
berdasarkan kontribusinya terhadap Perekonomian Nasional, Pulau Jawa sebagai
pusat bisnis dan ekonomi masih mendominasi sebesar 57,78%, diikuti oleh Pulau
Sumatera sebesar 21,96%, dan Pulau Kalimantan sebesar 8,29%. Pulau Maluku dan
Papua menjadi Pulau yang memiliki kontribusi paling kecil yaitu sebesar 2,58%.
(Grafik 7)
Tren positif juga dapat terlihat dari
industri manufaktur di Indonesia, yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia
yang sebesar 51,9 pada bulan April 2022, stabil pada fase ekspansi sejak
Oktober 2021 (Grafik 8). Angka PMI tersebut mencerminkan perbaikan pada kondisi
bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Penguatan sektor manufaktur ini
diharapkan dapat mendukung semakin solidnya kinerja pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal II 2022.
Sektor Real Estat kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,78% yoy
pada triwulan I tahun 2022, sedikit terkoreksi dibandingkan pertumbuhan
triwulan IV 2021 sebesar 3,94% yoy. Sektor Real Estat merupakan salah satu
sektor yang tetap mencatatkan pertumbuhan positif walaupun kondisi perekonomian
terkontraksi, setelah sejak triwulan II 2020 – triwulan I 2021 mencatatkan
pertumbuhan tahunan yang positif yaitu 2,31% yoy, 1,96% yoy, 1,25% yoy dan
0,94% yoy (Grafik 9). Sektor perumahan masih memiliki ruang untuk tumbuh yang
sangat besar mengingat masih tingginya angka backlog perumahan nasional
dan tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki rumah yang layak.
Housing Finance Center Bank BTN
merilis Indeks Harga Rumah (House Price Index/HPI) pada triwulan I 2022,
dengan pertumbuhan terus menguat sebesar 5,64% yoy. Pada Grafik 10, tampak
bahwa Pertumbuhan Indeks Harga Rumah pada triwulan I yang menguat dipicu oleh meningkatnya
mobilitas serta aktivitas ekonomi masyarakat pada Januari-Maret. Selain itu, perpanjangan
stimulus Pemerintah di bidang perumahan mendorong permintaan rumah pada awal
tahun 2022. Stimulus tersebut antara lain pelonggaran rasio LTV/FTV
Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100% untuk semua jenis properti,
serta insentif PPN untuk rumah tapak dan rumah susun yang diperpanjang lagi hingga
September 2022. Besarnya dukungan
Pemerintah ini dapat terlihat pada pertumbuhan KPR Nasional hingga triwulan I
2022 telah tumbuh sebesar 10,60% yoy, meningkat dibandingkan triwulan IV 2021
yang sebesar 9,55% (Grafik 11). Terlihat bahwa ketika pertumbuhan Kredit Nasional
mengalami kontraksi pada periode 4Q20-1Q21, pertumbuhan KPR tetap positif
sepanjang periode tersebut.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Pemulihan ekonomi di Indonesia melanjutkan tren positifnya pada triwulan
I 2022 dan sejalan dengan target yang diharapkan oleh Pemerintah. Kami memperkirakan tahun 2022 ekonomi nasional
akan terus melanjutkan tren positifnya, dimana pertumbuhan ekonomi berada pada
kisaran 5%-5.5% yoy. Namun demikian, beberapa risiko masih perlu diwaspadai
antara lain meningkatnya harga minyak dunia dan komoditas, tekanan inflasi global,
kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed serta dampak isu geopolitik Rusia dan
Ukraina seperti pelemahan transaksi perdagangan internasional.
Tabel 1. Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia berdasarkan Pengeluaran (% yoy)
Sumber: BPS
Tabel 2. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Komponennya
(% yoy)
Sumber: BPS
Tabel 3. Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia berdasarkan Sektoral (% yoy)
Sumber: BPS
Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia s/d Triwulan I 2022
(% yoy)
Sumber: BPS
Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Mitra Dagang
Indonesia (% yoy)
Sumber: BPS
Grafik 3. Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi Global tahun 2022 dan 2023
Sumber: World Economic
Outlook Apr 2022, IMF
Grafik 4. Pertumbuhan PDB Triwulan I 2022 menurut
Pengeluaran (% yoy)
Sumber: BPS
Grafik 5. Perubahan Google Mobility Index (MoM)
Sumber: Google
Grafik 6. Pertumbuhan
PDB Triwulan I 2022 menurut Lapangan Usaha (% yoy)
Sumber: BPS
Grafik 7. Pertumbuhan
dan Kontribusi PDRB Indonesia berdasarkan Pulau
Sumber: BPS
Grafik 8. Purchasing
Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia
Sumber: CEIC, Apr 2022
Grafik 9. Pertumbuhan
Sektor Real Estat dan PDB (% yoy)
Sumber: BPS
Grafik 10. Pertumbuhan Harga Rumah dan Pertumbuhan Ekonomi
(% yoy)
Sumber: BPS dan HFC BTN, 2022
Grafik 11. Pertumbuhan
Total Kredit dan KPR s.d Triwulan I 2022 (% yoy)
Sumber: OJK